Konsep Ekonomi ala Sang Papi Sumitro yang Digunakan oleh Prabowo

by -824 Views

Presiden Prabowo Subianto memiliki gagasan untuk menjalankan program ekonomi dari orang tuanya, Sumitro Djojohadikusumo, yang berhaluan ekonomi sosialis. Program ini diyakini dapat membuat masyarakat menjadi lebih sejahtera di tengah kesulitan ekonomi belakangan ini.

Adik dari Prabowo, Hashim Sujono Djojohadikusumo pernah menyampaikan bahwa kepemimpinan lima tahun ke depan merupakan momentum tepat untuk menerapkan semua pemikiran sang ayah, yang merupakan salah satu tokoh ekonomi Indonesia terkemuka.

Sumitro Djojohadikusumo adalah seorang ekonom dan pendiri Fakultas Ekonomi UI. Selama hidupnya, dia aktif dalam berbagi gagasan visioner yang terdokumentasi dalam berbagai tulisan. Dia juga pernah menjabat sebagai menteri di masa Presiden Soekarno dan Soeharto. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan (1952-1956), Menteri Perdagangan (1950-1951 dan 1968-1973), dan Menteri Riset (1973-1978).

Beberapa ajaran ekonomi Sumitro yang diyakini telah membuat Indonesia maju dan akan diterapkan oleh Prabowo antara lain:
1. Industrialisasi: Sumitro menekankan pentingnya industrialisasi untuk memperkuat ekonomi Indonesia. Dia berpendapat bahwa industrialisasi harus diarahkan untuk produksi barang konsumsi pasar dalam negeri sebelum mengarah pada komoditas ekspor.
2. Investasi: Sumitro menekankan pentingnya investasi. Negara harus menjadi pionir dalam berinvestasi langsung pada pembangunan industri untuk mendorong investasi swasta atau asing.
3. Jangan Ekspor Bahan Mentah: Sumitro menentang kebijakan ekspor bahan mentah yang membuat negara berkembang merugi. Dia mendorong konsep hilirisasi untuk meningkatkan nilai produk ekspor.
4. Hilangkan Ketimpangan: Sumitro kritis terhadap ketimpangan antara Jakarta dan daerah-daerah di luar Jawa. Dia menyuarakan agar pembangunan daerah juga mendapat perhatian yang sama.
5. Hapus KKN: Sumitro mengecam korupsi, kolusi, monopoli ekonomi, dan ketidakpastian hukum sebagai penyakit institusional yang menghambat kemajuan industri. Dia berpendapat bahwa Indonesia tidak akan maju selama masih ada penyakit institusional seperti korupsi.

Sumitro Djojohadikusumo meninggal dunia pada tahun 1997, namun warisan pemikirannya tetap relevan dan akan diterapkan oleh Prabowo Subianto dalam menjalankan program ekonomi yang lebih baik untuk Indonesia.