Perjalanan Karier Didit Prabowo Sebagai Desainer: Dari Jakarta ke Paris

by -243 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kamis, 22 Maret 1984, pasangan Prabowo Subianto dan Titiek Hediprasetyo sedang berbahagia. Setelah satu tahun menikah, lahir anak pertama mereka berjenis kelamin laki-laki di Rumah Sakit Harapan Kita. Namun, saat memberi rilis ke media soal kabar gembira ini, anak tersebut belum diberi nama.

“Wah, belum ada. Saya mau kasih nama, Mas Bowo juga punya nama. Jadi, mau minta Bapak saja sebagai penengah,” kata Titiek kepada Tempo (31 Maret 1984).

Bapak yang dimaksud tentu saja Presiden Soeharto. Namun, butuh waktu lama juga bagi Soeharto menentukan nama bagi cucu ke-8 tersebut. Setelah lima hari berlalu, barulah nama tersebut tercipta, yakni Ragowo Hediprasetyo. Dan, Soeharto bakal memanggilnya mas Didit.

Didit menjadi anak cukup beruntung karena berasal dari dua trah keluarga ternama Indonesia, yakni keluarga Djojohadikusumo yang mana buyutnya jadi pendiri BNI dan kakeknya jadi menteri, serta keluarga Soeharto.

Semasa muda, Didit menghabiskan banyak waktu di Amerika Serikat (AS) dan Prancis. Tak diketahui aktivitas lebih lanjutnya di dua negara tersebut. Namun, satu hal yang pasti dia sempat tercatat sebagai mahasiswa di Parsons School of Design di New York dan Paris sekitar tahun 2003.

Mengutip laman resmi universitas, Parsons School of Design adalah sekolah mode bergengsi di dunia yang berdiri sejak 1921. Pada titik ini, Didit mengambil jalan hidup berbeda dengan saudara-saudaranya.

Alih-alih berpolitik atau berkecimpung di dunia bisnis, dia mantap menjadi desainer atau perancang. Kedua orang tua pun tidak mempermasalahkan keputusannya.

Selama berkuliah, Didit lewat situs resmi pribadinya menjeaskan sempat meraih penghargaan Silver Thimble sebelum dinyatakan lulus dan meraih gelar sarjana seni rupa peminatan rancangan busana pada 2007. Barulah setelah lulus, Didit pulang kampung ke Jakarta.

Dalam wawancara kepada Couture by Designaré (April 2012), cucu Soeharto ini bercerita tujuan dia ke Jakarta adalah untuk menyusun portofolio.

“Saya pindah kembali ke Jakarta dengan rencana tinggal selama tiga bulan khusus untuk mengerjakan portofolio supaya bisa mendapat pekerjaan pertama,” katanya.

Beruntungnya, portofolio pertamanya itu digemari dan langsung dibeli oleh teman-temannya. Alhasil, dia akhirnya memutuskan tinggal lebih lama di Tanah Air dari rencana.

Pada titik inilah, dia merasa percaya diri untuk membangun rumah mode sendiri, alih-alih bekerja di rumah desain lain.

Hingga akhirnya, tibalah satu peristiwa yang mengubah hidupnya. Pada suatu waktu, ada seorang kawan Didit yang bekerja sebagai humas salah satu rumah mode di Paris. Dia ingin memperkenalkan anak Prabowo itu ke perusahaan fesyen, Elie Saab.

Namun, itu urung dilakukan karena karena Didit rupanya punya banyak portofolio bagus. Temannya bilang lebih baik Didit tampil di Paris Couture Week 2010, ketimbang ikut rumah mode.

Awalnya Didit tidak percaya diri karena belum punya nama beken buat tampil di pameran mode bergengsi dunia itu. Namun, berkat dorongan banyak orang, dia memberanikan diri tampil memamerkan 45 rancangan busananya.

Tak diduga, hasilnya positif. Pengunjung banyak menyukai desainnya. Sejak itulah dia selalu bersemangat mengikuti berbagai ajang pameran rancangan busana, sekaligus juga mantap menetap di Paris.

“Aku pikir para desainer Asia harus hadir secara internasional untuk membuktikan bahwa para desainer Asia dapat menciptakan fesyen gak hanya untuk orang Asia, tapi juga buat pelanggan global. Kalau aku cuma memamerkan karya di Indonesia saja, rasanya sulit,” katanya saat ditanya soal alasan menetap di Paris kepada Couture by Designaré.

Alhasil, tiap ada acara serupa di tiap musim, pasti ada Didit. Hingga akhirnya itu semua terbayar ketika dia sukses tampil di perhelatan mode terbesar di dunia: Paris Fashion Week.

Kehadirannya di acara itu menambah daftar panjang nama desainer Indonesia yang tampil di sana. Berkat itu pula mulai banyak orang datang kepadanya sebagai klien, termasuk berbagai publik figur seperti Anggun C. Sasmi, Dian Sastrowardoyo, dan sebagainya.

“Kalau aku konser di Eropa, sulit banget ketemu perancang Indonesia. Paling aku ketemu Didit Hediprasetyo karena kan dia tinggal di Paris. Aku biasa pakai baju rancangan dia sih,” tutur Anggun dikutip dari Perjalanan Musik dan Mimpi-Mimpi Anggun (2020)

Sejak itulah, nama Didit harum sebagai perancang baju ternama dunia asal Indonesia selama lebih dari 10 tahun berkarir sampai sekarang. Hanya saja, kesibukan Didit kini bertambah usai sang ayah, Prabowo Subianto, menjadi pejabat negara dan calon presiden.

Didit kerap kali disorot kamera saat menemani Prabowo dalam kunjungan ke berbagai daerah.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/sef)