Konflik Antara Kakak-Adik Menciptakan Dua Produk Besar

by -135 Views

Dalam dunia bisnis sering terjadi perseteruan antar-kompetitor. Dua merek dengan satu produk serupa saling senggol untuk menentukan siapa yang terbaik. Perseteruan ini salah satunya terjadi di industri sepatu. Tepatnya Adidas Vs Puma.

Keduanya adalah produsen sepatu olahraga ternama di dunia. Menurut Forbes, kini Adidas menjadi perusahaan sepatu terbesar kedua di dunia sementara Puma membuntuti secara ketat di nomor tiga. Fakta ini kemudian menjadi salah satu perseteruan bisnis terpanas di dunia. Menariknya, kisah persaingan ini bukan terjadi di masa sekarang aja, alias sudah terjadi sejak puluhan tahun ke belakang dan bermula dari satu rahim yang sama.

Bagaimana kisahnya?

Perlu diketahui, Adidas dan Puma adalah produsen sepatu asal Jerman. Keduanya bukan hanya berasal dari negara yang sama tetapi juga dari orang tua yang sama, rahim Pauline Dassler. Kisahnya, Dassler adalah rakyat biasa yang tinggal di Bavaria. Dia punya tiga orang anak, yakni Fritz, Rudolf dan Adolf. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dia memproduksi dan menjual sepatu. Seluruh anaknya secara tidak langsung terlibat dalam bisnis sepatu sejak masih kecil.

Namun, ketika Perang Dunia I (1914-1918) berlangsung, Fritz dan Rudolf terdampak wajib militer. Keduanya ikut berperang. Sementara Adolf yang masih kecil ikut serta membantu ayah dan ibu untuk berbisnis sepatu. Kesempatan berada di rumah membuat Adolf mendapat porsi paling banyak untuk memahami seluk-beluk bisnis sepatu.

Sebagaimana dipaparkan Barbara Smith dalam Pitch Invasion: Adidas, Puma and the Making of Modern Sport (2007), selama masa Perang Dunia I, Adolf atau biasa disebut Adi sering diajari ayahnya menghindari cacat produksi dalam membuat sepatu. Dia juga mendapat ilmu menjahit sepatu dari saudara-saudaranya sehingga secara ilmu dan keterampilan, lebih jago dibanding kakak-kakaknya.

Atas dasar inilah, beberapa tahun setelah perang selesai, Adi memberanikan diri berbisnis sepatu. Pada 2 Juli 1924, Adi mendirikan Dassler Brother Shoe Factory yang fokus pada pembuatan sepatu olahraga, bahkan berhasil dipakai para atlet di ajang olimpiade. Singkat cerita, bisnis sepatu keluarga Dassler moncer. Di saat Perang Dunia II (1939-1945) pemerintah Jerman bahkan mengontrak keluarga Dessler untuk membuat sepatu bot militer.

Namun, di tengah jalan, timbul perselisihan antara Adi dan Rudolf. Ini akhirnya membuat bisnis Dassler Brother Shoe Factory pecah kongsi. Menurut The Guardian, setidaknya ada dua versi alasan perselisihan ini. Pertama Rudolf pernah terpergok berselingkuh dengan istri Adi. Kedua, Adi sempat menyebut Rudolf dengan sebutan kasar yang membuatnya marah. Namun, yang pasti setelah mereka berdua ribut, bisnis sepatu keluarga pun terdampak.

Rudolf membawa mesin-mesin pabrik keluarga sebagai modal mendirikan pabrik baru. Sementara Adi tetap menjalankan bisnis keluarga Dessler. Di pabrik baru itu, Rudolf memperkenalkan merek Puma dengan logo singa. Lalu, Adi mengubah merek Dessler menjadi Adidas dengan logo tiga coretan garis.

Sejak itulah, terjadi persaingan ketat antara keduanya, bahkan mengarah juga ke ranah di luar olahraga. The Guardian menyebut merek sepatu keduanya bisa jadi tanda penganut agama dan politik tertentu. “Pengguna Puma dipandang sebagai Katolik dan konservatif secara politik. Sementara Adidas berkaitan dengan Protestan dan Sosial Demokrat,” kata Klaus-Peter dari Asosiasi Warisan Budaya kepada laman itu.

Namun, persaingan yang terjadi antara Adidas dan Puma memberikan motivasi untuk terus berinovasi. Keduanya membuat sepatu dan produk olahraga lain yang hebat, sehingga menghasilkan produk berkualitas tinggi.