Menangis Bisa Menghasilkan Uang, Bisnis Ini Potensi Keuntungan Hingga Rp 300 Juta

by -216 Views

Ketika ada anggota keluarga atau teman dekat yang meninggal, tangisan dan air mata selalu hadir sebagai tanda kesedihan. Tetapi, bagaimana jika tidak ada tangisan dan air mata dalam acara pemakaman?

Inilah yang memicu ide bisnis unik dan aneh, yaitu bisnis pelayat profesional yang dibayar untuk menangisi kematian. Di Asia Timur, khususnya China dan Taiwan, bisnis ini sangat umum.

Berita yang dikutip dari Taipei News menyebutkan bahwa masyarakat China dan Taiwan memiliki budaya sendiri terkait kematian. Di acara pemakaman, ada waktu khusus yang dialokasikan kepada keluarga dan teman untuk memberikan ucapan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan dan mendoakan arwah yang telah meninggal.

Namun, tidak semua orang dapat hadir dalam acara tersebut karena anggota keluarga hidup tersebar di banyak kota. Akibatnya, acara pemakaman menjadi sepi karena status sosial, maka pihak keluarga memperbolehkan orang tak dikenal untuk datang menangis dan mendoakan, tentu saja dengan imbalan pembayaran.

Didasari hal tersebut, seorang wanita asal Taiwan, Liu Chun-Lin, kemudian menjalani profesi menjadi pelayat. Awalnya, Liu hidup miskin dan sebatang kara. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia bekerja sejak remaja, tetapi upaya itu tetap membuatnya miskin. Akhirnya, sekitar tahun 2005, dia beralih profesi menjadi pelayat.

Dalam laporan BBC, Liu sering diundang ke acara pemakaman hanya untuk menangis, mendoakan, dan meminta orang yang meninggal untuk bangkit kembali. Setelah melakukan tindakan tersebut, baru kemudian Liu mendapat bayaran. Dia mengaku mendapat uang sebesar US$ 600 atau sekitar Rp 9 juta. Uang yang fantastis bagi Liu yang dulu hidup lontang-lantung.

Kesuksesan ini kemudian membuatnya mendirikan usaha pelatihan untuk menjadi pelayat profesional. Tidak hanya Liu, wanita China lain bernama Dingding Mao juga merasakan hal serupa. Mao tak hanya memberikan jasa tangisan, tetapi juga hiburan. Fenomena bisnis semacam ini kemudian memberi inspirasi di negara-negara lain di dunia.

Di Indonesia, belum ada profesi bisnis menjadi pelayat yang berpura-pura menangis. Namun, dengan melihat potensi cuan luar biasa, tidak menutup kemungkinan bisnis ini akan ada di Indonesia suatu saat nanti.