Mengapa Tuyul Tidak Mencuri Uang di Bank? Ini Alasannya

by -127 Views

Tuyul adalah salah satu makhluk halus yang paling populer di Indonesia. Dalam film dan sinetron, makhluk ini sering digambarkan sebagai anak kecil berkepala botak yang suka mencuri uang. Uang yang dikumpulkan lalu diberikan kepada sang tuan yang sedang melakukan ritual pesugihan untuk mencari kekayaan.

Namun, pernahkah Anda terpikir kenapa tuyul hanya mencuri di rumah-rumah warga? Kenapa tuyul tidak sekalian mencuri uang di bank yang pasti jumlahnya lebih banyak? Lalu, kenapa tuyul tidak mencuri saldo e-money Anda? Apakah karena tuyul tidak paham teknologi?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sering dibahas di berbagai forum internet. Ada yang menyebut tuyul takut kepada logam yang merupakan bahan utama pembuatan brankas bank. Ada pula yang menyebut bank memelihara makhluk halus lain untuk menjaga uang-uangnya.

Ya, semua jawaban itu terdengar seperti mitos. Dan tuyul memang lahir dari cerita rakyat. ‘Kelahiran’ tuyul diduga terjadi bersamaan dengan perubahan sosial-ekonomi besar-besaran masyarakat Indonesia pada tahun 1870.

Ketika itu pemerintah kolonial Belanda baru saja menerapkan kebijakan liberalisasi ekonomi di Indonesia yang dulu disebut Hindia Belanda. Sistem ekonomi liberal ini diterapkan sebagai pengganti sistem tanam paksa.

Liberalisasi ekonomi kemudian melahirkan rezim kolonial baru. Perkebunan rakyat diambil alih untuk diubah menjadi perkebunan besar dan pabrik gula. Kehidupan petani kecil di Jawa semakin terpuruk karena sudah tak lagi memiliki lahan untuk ditanami.

Sebaliknya, lewat sistem ini muncul pula kelas sosial baru di kalangan masyarakat pribumi dan Tionghoa. Kelas sosial baru ini adalah kaum pedagang. Pedagang adalah salah satu kelompok yang paling diuntungkan dengan terbukanya tanah Hindia Belanda, sehingga mereka muncul menjadi orang-orang kaya baru.

Fenomena munculnya orang-orang kaya baru lewat bisnis perdagangan ini sulit dipahami oleh kaum tani yang hidupnya makin susah karena liberalisasi ekonomi. Kepercayaan soal lelembut sukses membuat pengusaha kehilangan status sosial mereka di masyarakat. Mereka dianggap hina karena memupuk kekayaan dari cara haram bersekutu dengan setan. Padahal ini semua terjadi akibat perubahan kebijakan kolonial Belanda yang membuat pengusaha tertimpa durian runtuh.

Kepercayaan terhadap keberadaan tuyul tidak hanya berdampak pada hubungan sosial. Transaksi barang di antara golongan orang kaya juga ikut berubah. Mereka cenderung menghindari pembelian aset berupa tanah atau rumah, karena takut diketahui dan dituduh memelihara tuyul. Para orang kaya jaman itu, cenderung menyembunyikan kekayaannya dengan membeli barang berharga yang berukuran kecil, seperti emas.

Tuyul berhasil menjaga eksistensinya karena masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia hingga sekarang. Berawal dari mitos tuyul, apakah kebiasaan orang-orang kaya Indonesia untuk ‘menyembunyikan’ hartanya juga masih bertahan?