Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS ke-45, Donald Trump, mengalami percobaan pembunuhan, Sabtu (13/7/2024) waktu setempat. Trump ditembak oleh penembak runduk saat berkampanye di Pennsylvania. Beruntung, peluru hanya menyerempet telinga kanan hingga menimbulkan sedikit luka.
Peristiwa berdarah ini bukan pertama kali terjadi di AS. Setidaknya ada beberapa Presiden AS yang mengalami percobaan pembunuhan hingga berakhir tewas. Salah satu kasus paling sensasional ialah terkait pembunuhan John F. Kennedy pada 1963 silam.
Kematian Kennedy melahirkan kehebohan yang tak hanya terjadi di AS, tapi juga Indonesia khususnya terkait Perjanjian Green Hilton Memorial. Perjanjian itu diteken oleh Presiden Soekarno dan Presiden John F. Kennedy pada 14 November 1963 di Jenewa, Swiss.
Perjanjian memuat fakta mencengangkan bahwa AS menerima emas dari Soekarno sebesar 57 ribu ton. Dan karenanya AS dianggap mempunyai utang kepada Indonesia. Pernyataan ini lantas dipercaya oleh masyarakat dan menjadi konspirasi tersendiri sampai sekarang.
Lantas, bagaimana fakta sebenarnya?
Kemunculan narasi Perjanjian Green Hilton Memorial bermula pada 2008. Situs bibliotecapleyades menjadi yang pertama mengeluarkan cerita itu di internet.
Seketika, itu semua langsung diyakini oleh masyarakat. Terlebih Soekarno punya kebesaran nama dan ritus mistis di sekelilingnya. Keyakinan makin menjadi-jadi ketika buku Harta Karun Soekarno karya Safari ANS terbit pada 2014 silam.
Lewat karya itu, dijelaskan Soekarno punya harta 57 ribu ton emas di Bank Swiss dan memberinya secara cuma-cuma ke AS untuk pembangunan. Atas dasar ini, AS dianggap punya utang ke Indonesia. Akan tetapi, semua fakta tersebut menimbulkan keraguan jika disandingkan dengan fakta sejarah lain.
Semasa hidup, Soekarno hidup dalam kesederhanaan dan mengaku melarat. Selain itu dia juga mengaku tak punya rumah dan tanah.
Berdasarkan kondisi demikian, tak mungkin Soekarno memiliki 57 ribu ton emas di Bank Swiss. Selain itu, apabila melihat pada stempel dan gaya tulisan yang tercantum di perjanjian banyak yang aneh dan tidak sesuai fakta sejarah.
Di stempel, misalnya, Presiden Indonesia memiliki cap bermotif padi, kapas, dan bintang. Namun, di perjanjian itu bergambar Garuda Pancasila. Tanggal perjanjian diteken pada 14 November 1963 pun, mengalami keraguan. Catatan perjalanan mengungkap kedua presiden tak berada di Swiss di tanggal tersebut.
Kennedy diketahui berada di New Haven, Connecticut. Sedangkan, Soekarno berada di Jakarta. Atas dasar ini, konspirasi 57 ribu ton emas Soekarno hanya nikmat jadi cerita tapi getir sebagai fakta.
Kedekatan Soekarno dan Kennedy
Meski begitu, satu fakta yang tak bisa dibantah dari perjanjian tersebut adalah kedekatan Kennedy dan Soekarno. Kedua sosok itu diketahui memang bersahabat. Soekarno yang dikenal anti-imperialisme Barat memandang Kennedy berbeda dengan Presiden AS sebelumnya. Dia punya pendekatan yang manusiawi.
Atas dasar ini, dia mau membuka diri kepada orang nomor satu di AS itu. Kepada Cindy Adams, Soekarno juga bercerita kalau Kennedy Sosok yang ramah dan hangat. Saat bertemu pertama kali pada 1961, Soekarno tak diajak berbincang di ruang resmi, melainkan di kamar pribadi Kennedy di Gedung Putih.
Selain itu, Kennedy juga tak melihat Soekarno sebagai sosok yang perlu ditakuti. Bagi Kennedy, apa yang diutarakan Soekarno hanyalah nasionalisme belaka. Dan itu wajar, sehingga AS tak perlu takut Indonesia beralih jadi komunis.
Greg Poulgrain dalam Bayang-bayang Intervensi: Perang Siasat John F. Kennedy dan Allen Dulles atas Sukarno (2017) menceritakan, kedekatan Kennedy ke Soekarno bertujuan untuk merapatkan Indonesia ke sisi Amerika Serikat. Besar harapan, AS bakal lebih mudah mengontrol situasi di Asia Tenggara.
Sebagai siasat memuluskan ide tersebut, Kennedy juga berencana berkunjung ke Jakarta pada 1964. Soekarno menyambut baik rencana itu dan bergegas membangun tempat peristirahatan setinggi 6 lantai di Istana Negara bagi sahabatnya itu.
Sayang, kunjungan itu tak terjadi. Pada 22 November 1963, Kennedy tewas ditembak. Lalu, kekuasaan Soekarno pun tumbang dua tahun kemudian.
Saksikan video di bawah ini:
Video:Daya Beli Lunglai, Bisnis Parfum Lokal Masih Semerbak Wanginya?
(mfa/sef)