Pemuda Muslim Kaya Raya dan Tanda Kiamat Makin Nyata

by -47 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam beberapa tahun terakhir kita bisa melihat bagaimana bumi mengalami perubahan cukup signifikan. Panas berlebih, cuaca ekstrim, kekurangan pangan, dan sebagainya, membuat riwayat bumi makin singkat sehingga mendorong kiamat lebih cepat. Salah satu penyebab kemunculan ‘tanda-tanda kiamat’ itu adalah keberadaan plastik. Sejak ditemukan pada 1862, plastik dianggap temuan cemerlang bagi umat manusia. Sebab, plastik memiliki sifat “kuat, aman, dan bersih.” Namun, sifat “kuat” yang dimiliki plastik akhirnya menjadi malapetaka bagi makhluk hidup di bumi.

Plastik, tulis riset “The Fundamental Links Between Climate Change and Marine Plastic Pollution” (2022), berkontribusi bagi perubahan iklim, dari mulai proses produksi hingga konsumsi. Semuanya membuat bumi makin rusak dan mengancam kehidupan ekosistem makhluk hidup tak hanya manusia. Beranjak dari fakta demikian, pemuda Muslim asal Amerika Serikat, Shadi Bakour, tergerak hatinya membuat perubahan. Pada 2014, pria yang awalnya bekerja supir taksi ini merasa sebal atas sikap abai manusia terhadap plastik dan perubahan iklim. Banyak orang tak mendaur ulang sampah plastik, sehingga mencemari lingkungan.

Sikap ini rupanya dirasakan juga oleh dua orang temannya, Amer Orabi dan Ali Orabi. Dari sini, mereka berdiskusi menentukan langkah nyata mereka. Saat itu, kebetulan mereka sedang berambisi punya uang banyak tanpa mengandalkan gaji bulanan. Caranya lewat bisnis. Singkat cerita, mereka akhirnya menemukan inovasi bisnis terkait perusahaan air minum isi ulang. Alhasil, bermodalkan tabungan dan pemberian orang tua, mereka sepakat mendirikan perusahaan air minum kemasan pada 2015. Namanya, PATH.

“PATH diciptakan untuk menghilangkan botol plastik sekali pakai serta mengubah konsumsi dan perilaku konsumen,” ungkap Bakour kepada Authority Magazine 2021 silam. Jangan membayangkan bisnis PATH seperti air minum kemasan sekali pakai. Konsep bisnis PATH sama serupa galon isi ulang di Indonesia. Jadi, Bakour berupaya memproduksi air kemasan alumunium yang bisa diisi ulang, sehingga konsumen tidak membuang-buang tempat minum.

Secara bisnis, Bakour mengaku konsumen bakal lebih hemat, sebab tidak perlu membeli botol minum alumunium berharga mahal. Apalagi PATH juga banyak menyediakan variasi model. PATH mengisi kekosongan itu semua sebab perusahaan terus mengubah model rancangan tempat minum.

“Pilihan kami bebas BPA, ringan, sangat dapat digunakan kembali, dan 100% dapat didaur ulang. Dipasangkan dengan air yang bersumber secara lokal dan dimurnikan melalui sistem filtrasi osmosis tujuh langkah, botol kami membantu mengakhiri banyaknya botol plastik,” kata Bakour.

Pria kelahiran 1982 itu mengklaim inovasinya di PATH berhasil mengubah laku hidup banyak orang. Perusahaan kebanjiran permintaan. Produksi pun melonjak. Berbagai sekolah, kantor, dan perusahaan besar dunia menjadi klien PATH. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, Bakour dan PATH sukses meraih banyak penghargaan. Dalam situs resmi, diketahui perusahaan sukses masuk ke dalam 50 perusahaan paling berkelanjutan di dunia mulai dari 2019 hingga 2022.

Kesuksesan PATH lantas membuat nama Bakour naik daun. Forbes (2020) memasukkannya ke dalam “Forbes 30 under 30” karena sukses melakukan perubahan dan mendapat pendanaan US$12 juta dari berbagai investor. Melihat besarnya bisnis, dia disebut sebagai miliarder AS dari kelompok Muslim.

Kepada Authority Magazine, dia berpesan bahwa untuk memulai bisnis harus berani dan banyak belajar. Apalagi jika bisnis tersebut berupaya mengubah kebiasaan orang menghalau ‘tanda kiamat’.