Dari Pahlawan Kemerdekaan Menjadi Perampok karena Kekurangan Uang

by -33 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Bagaimana jika seorang pahlawan kemerdekaan, yang membakar semangat untuk mengusir penjajah, malah menjadi perampok dan buronan di masa depan? Kisah ini bukanlah sekadar fiksi tapi benar-benar terjadi melibatkan seorang mantan veteran bernama Kusni Kasdut.

Dari awalnya seorang pahlawan dan pejuang kemerdekaan, Kasdut beralih menjadi seorang penjahat legendaris di Indonesia. Bagaimana kisahnya?

Setelah merdeka, Kusni Kasdut menjadi pejuang yang mengusir Belanda. Dia bertugas di Jawa Timur dan bergabung dengan Brigade Teratai yang terdiri dari anggota TNI, perampok, dan kelompok kriminal lainnya.

Selama berjuang, Kasdut dipercayakan untuk mencari pendanaan. Dia sering mencuri emas dan berlian milik orang kaya untuk keperluan perang. Bahkan, dia pernah mencuri meriam milik Belanda untuk digunakan sebagai persenjataan Brigade Teratai.

Dalam proses tersebut, dia sering tertangkap oleh Belanda, sehingga penyiksaan dan penjara menjadi hal yang biasa baginya. Namun, semua berubah setelah perang selesai.

Ketika situasi normal kembali, Kasdut tentu tidak memiliki pekerjaan. Berbeda dengan pejuang lainnya, dia tidak bisa bergabung dengan tentara. Ada dua versi mengenai kegagalannya bergabung dengan TNI.

Pertama, menurut riset “Para Jagoan” (2011), Kasdut merasa pemerintah tidak berterima kasih kepada para veteran seperti dirinya. Dia merasa kecewa dan menolak untuk bergabung dengan tentara.

Kedua, dia tidak memenuhi persyaratan. Kasdut gagal dalam seleksi administrasi dan kesehatan karena memiliki luka tembak di kaki dan tidak berasal dari kesatuan resmi TNI saat berjuang. Sehingga, dia tidak dapat masuk militer.

Apapun versinya, Kasdut gagal masuk TNI meskipun sudah berjuang. Dia merasa kecewa dan sangat sedih. Pada saat yang sama, kebutuhannya semakin mendesak. Dia sama sekali tidak memiliki uang. Mencari pekerjaan pun sulit karena tidak memiliki keahlian selain bela diri.

Pada titik ini, seorang teman mengajaknya untuk menjadi penjahat. Dia menyetujuinya. Maka dimulailah aksinya sebagai penjahat, dengan aksi pertamanya yakni pemerasan. Dia berpura-pura menjadi penculik dan memeras keluarga korban. Aksi ini menghasilkan Rp600 ribu bagiannya. Dari situlah, dia menjadi ketagihan dan terjun ke dunia perampokan.

Akibat sering merampok emas dan berlian, dia kemudian menjadi spesialis perampokan objek tersebut. Kasdut melakukan perampokan pertamanya pada 11 Agustus 1953.

Pada 31 Mei 1961, Kasdut melakukan perampokan Museum Nasional Jakarta dengan menyamar sebagai polisi bersenjata. Aksi ini membuatnya berhasil membawa kabur 11 batang emas koleksi museum senilai Rp2,5 miliar. Namun, perampokan terbesar yang menyasar museum itu malah menjadi malapetaka bagi Kasdut.

Saat menjual barang rampokannya, kasdut tertangkap oleh pihak kepolisian yang menyamar sebagai pembeli. Dia kemudian ditangkap, diadili, dan divonis hukuman mati. Selama menunggu eksekusi, Kasdut hidup dari penjara ke penjara. Dia pernah melarikan diri namun akhirnya ditangkap kembali oleh polisi.

Setelah menyesali perbuatannya, Kasdut mencoba mengajukan grasi ke Presiden Soeharto. Namun, permintaannya ditolak dan hukuman mati tetap dilaksanakan. Kasdut akhirnya dieksekusi mati pada 16 Februari 1980.

Meskipun tindakannya menuai pro dan kontra, sejarah mencatat bahwa Kasdut tetap dihukum mati meski pernah membela kemerdekaan di masa lalu.