Kocar-Kacirnya Belanda Akibat Doa Kiai di Bambu Runcing

by -39 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia tak punya apa-apa. Hanya dengkul dan doa para warga yang membuat Indonesia bisa bertahan.

Tak percaya? Kisah kiai Subkhi di Surabaya jadi buktinya. Berkat doa kiai Subkhi sebelum pertempuran melawan Belanda berlangsung, pasukan musuh langsung kocar-kacir.

Bagaimana kisahnya?

Sejarah mencatat pada awal kemerdekaan, Belanda dan pasukan sekutu datang kembali ke Indonesia untuk menjajah. Aksi ini membuat geram masyarakat. Mereka tak ingin dijajah. Maka, mereka berniat bertempur melawan Belanda.

Hanya saja, niat itu tak semudah yang dibayangkan. Belanda dan sekutu punya senjata komplit. Sedangkan rakyat tak punya apa-apa. Paling mentok rakyat punya senjata api rampasan Jepang. Namun, itu hanya sedikit dan biasanya dipegang oleh komandan.

Beruntung mereka tak habis akal. Mereka memapas pohon bambu dan membuat ujungnya menjadi runcing. Maka, tercipta senjata sederhana: bambu runcing. Bagaimana bambu runcing yang sudah didoakan kiai diceritakan oleh Saifudin Zuhri dalam Guruku Orang-orang dari Pesantren (2001).

Tahun 1945 di Parakan, Temanggung, terdapat seorang kiai sepuh bernama Subkhi. Kiai Subkhi sangat dikenal dan dihormati oleh banyak orang, terutama di kalangan kombatan dan militer.

Sesaat sebelum pertempuran, Parakan ramai didatangi oleh ribuan orang dari berbagai daerah di Jawa. Mereka datang menggunakan kereta api sembari membawa bambu runcing untuk didoakan Kiai Subkhi dan para ulama lain.

Zuhri teringat setiap terjadi pertempuran, “tidak kurang dari 10 ribu orang setiap harinya datang ke Parakan.” Saat tiba di Parakan, biasanya mereka berbaris rapih dengan bambu runcing di tangan. Semua sabar menunggu didoakan Kiai Subkhi.

“Bismi Allahi, Ya Hafidzu, Allah Akbar. Dengan Nama Allah SWT Ya Tuhan Maha Pelindung, Allah Maha Besar!,” kata Sang Kiai.

Perasaan emosional yang melibatkan agama lantas menambah kepercayaan diri para pejuang. Mereka tak ada rasa takutnya sama sekali. Malah yakin bambu runcing yang sudah didoakan Kiai Subkhi sangat manjur. Mereka percaya bambu runcing di tangannya yang pemberani lebih ampuh ketimbang senjata modern.

“Ternyata, setelah memperoleh doa dari Kiai Subkhi, anak-anak ini mempunyai kebulatan hati yang tak tergoyahkan menuju pertempuran, dan mempunyai ketabahan untuk bertawakal kepada Allah SWT dengan keberanian serta keikhlasan,” kata Zuhri.

Pada akhirnya, bambu runcing yang didoakan Kiai Subkhi sukses membuat Belanda dan sekutu kocar-kacir. Sekalipun disertai darah berkucuran deras, bambu runcing para pejuang sukses membuat Belanda mundur. Di pertempuran Surabaya 1945, bermodalkan bambu runcing, rakyat sukses mengusir ribuan tentara terlatih.

(mfa/mfa)