Kekuasaan seringkali membuat orang bertindak sewenang-wenang. Hal ini terjadi pada Raja Jawa yang memerintah Mataram, Amangkurat I, selama periode 1646-1677.
Sejak menjabat sebagai pemimpin tertinggi di Mataram, Amangkurat I berusaha mengkonsolidasikan Kerajaan Mataram, melakukan sentralisasi pemerintahan, dan menghilangkan semua pemberontakan. Semua program itu dilakukan dengan cara-cara kejam yang sudah terlihat sejak awal pemerintahannya.
Dalam setahun setelah berkuasa, Amangkurat I terlibat dalam pembunuhan Panglima Mataram, Wiraguna. Wiraguna dikirim oleh Amangkurat I untuk pergi ke Ujung Timur Jawa untuk mengusir pasukan Bali, tetapi saat tiba di sana, dia dan pasukannya dibunuh atas perintah Amangkurat I. Keluarga Wiraguna juga mengalami nasib serupa.
Tindakan Amangkurat I menimbulkan ketakutan yang besar di kalangan orang-orang yang masih hidup. Kebengisan Amangkurat I semakin terlihat ketika dia pindah ke istana baru di Plered. Di sana, istana tersebut dibangun dengan megah sebagai simbol kekuasaannya di seluruh kerajaan.
Namun, kebiasaan Amangkurat I dalam menghabisi banyak orang akhirnya berdampak buruk bagi kekuasaannya sendiri. Para pendukung dan orang-orang di daerah mulai membalikkan dukungannya. Hal ini membuat pertahanan Mataram runtuh dari dalam.
Pada tahun 1677, pasukan Madura pimpinan Raden Trunojoyo berhasil merebut istana Amangkurat I. Meskipun begitu, Amangkurat I berhasil melarikan diri sebulan sebelum istana jebol.
Amangkurat I kemudian pergi ke Imogiri, tempat pemakaman raja-raja Mataram sebelumnya. Namun, kekuatannya mulai menipis. Dia kemudian pergi sendirian ke Barat, namun meninggal di tengah jalan.
Artikel ini diambil dari CNBC Indonesia.