Seiring dengan menjelang datangnya bulan Ramadan, rutinitas masyarakat Jakarta terutama adalah berbelanja. Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen menjadi tujuan utama bagi mereka yang ingin berbelanja berbagai macam barang, mulai dari tekstil hingga makanan khas Ramadan seperti kurma. Tapi tahukah kamu bahwa kedua pasar tersebut memiliki sejarah panjang yang menarik? Semuanya bermula dari seorang pejabat Dewan Hindia bernama Justinus Vinck, yang juga dikenal sebagai juragan tanah di kawasan Weltevreden di Jakarta Pusat. Beliau memperoleh tanah dari hasil pekerjaan dan warisan, serta pada tahun 1735, Vinck memutuskan untuk mendirikan pasar sebagai upaya untuk menghasilkan lebih banyak uang. Vinck memilih tanah di Barat dan Timur Weltevreden sebagai lokasi pendirian pasar setelah mendapatkan izin Gubernur Jenderal. Awalnya, pasar ini dikenal dengan nama Vinckpasser atau Pasar Vinck, kemudian berubah nama menjadi Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Pasar Senen terkenal sebagai tempat menjual kebutuhan sehari-hari, sedangkan Pasar Tanah Abang menjual tekstil dan kelontong. Vinck berhasil memperoleh kekayaan dari pasar ini dengan mengumpulkan cukai dan uang sewa dari para pedagang, terutama dari kelompok Tionghoa. Selain itu, Vinck juga mendirikan jalan penghubung antara Tanah Abang dan Senen, yang sekarang dikenal sebagai Jl. Kramat Kwitang dan Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Meskipun Vinck menjual kedua pasar tersebut pada tahun 1749, namun pasar-pasar ini tetap berkembang pesat dan menjadi daerah niaga yang penting di Jakarta. Khususnya, Pasar Tanah Abang menjadi sentra tekstil penting dengan perputaran uang yang sangat besar. Selamat datang di Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen, tempat bersejarah bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Pasar Senen-Tanah Abang: Potensi Uang Sewa Lapak
