Persepsi Orang Belanda Terhadap Tradisi Lebaran Indonesia

by -25 Views

Lebaran warga Indonesia merupakan momen penting yang disambut dengan berbagai transaksi, seperti membeli baju baru, mudik, dan menyiapkan makanan khas Lebaran. Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun dan menuai beragam reaksi, termasuk dari orang Belanda pada masa kolonial yang menganggapnya sebagai pemborosan. Stienmetz dan De Wolff, pejabat pemerintahan Belanda pada masa itu, mempermasalahkan perayaan Lebaran yang dianggap menghabiskan uang dan menggunakan dana pemerintah. Meskipun demikian, penasehat agama Islam kolonial Belanda, Snouck Hurgronje, menentang larangan tersebut, berpendapat bahwa perayaan Lebaran merupakan bagian integral dari budaya Indonesia.

Snouck Hurgronje sendiri memperhatikan bahwa tradisi Lebaran sudah melekat kuat di masyarakat Indonesia, seperti di Aceh, di mana pasar baju dan barang lainnya ramai seiring dengan datangnya Lebaran. Ia juga mencatat fenomena serupa terjadi di Batavia (kini Jakarta), di mana perayaan Lebaran diwarnai dengan pesta, silaturahmi, pembelian pakaian baru, dan hiburan. Masyarakat menganggap Lebaran sebagai hari yang istimewa sehingga belanja pakaian, petasan, dan makanan cenderung meningkat di saat itu. Snouck menyadari betapa pentingnya Lebaran sebagai hari peringatan yang meriah bagi masyarakat Indonesia. Meskipun beberapa orang Belanda mengkritik tradisi ini, namun daya tarik perayaan Lebaran tetap mengakar kuat dalam budaya Indonesia.

Source link