Pengusaha Yahudi Berinvestasi di Indonesia & Menguasai Pengepungan Tanah di Jakarta

by -269 Views

Bangsa Yahudi hidup tersebar ke seluruh dunia. Mereka mencari peruntungan di tempat-tempat baru. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Sejarah mencatat ada banyak orang Yahudi yang hidup dan mencari nafkah di Indonesia, salah satunya adalah Leendert Miero.

Leendert Miero memiliki nama asli Jehoeve Leip Benjegiehel Snijder. Ia adalah orang Yahudi yang berasal dari wilayah Rusia dan tiba di Hindia Belanda pada tahun 1775. Kedatangannya ke Hindia Belanda adalah untuk bergabung sebagai tentara VOC.

Selama bertugas, Miero hanya menjaga keamanan tanpa tugas yang lebih besar. Namun, pada suatu hari di tahun 1778, Miero melakukan kesalahan fatal. Ia tertidur pulas saat sedang menjaga rumah mewah milik pejabat VOC bernama Reiner de Klerk.

Tentara yang tidak puas dengan kesalahan tersebut, Reiner marah dan memukuli Miero sebanyak 50 kali. Akibatnya, Miero merasakan kesakitan yang luar biasa. Pada saat seperti itu, ia mengeluarkan sumpah serapah:

“Demi nenek moyang Abraham, Ishak, dan Yakub, suatu hari saya akan membeli seluruh rumah dan tanah ini!”

Seperti yang dijelaskan oleh Herald van de Linde dalam “Jakarta: History of Misunderstood City” (2020), Miero mengundurkan diri sebagai tentara dan beralih profesi menjadi seorang pengusaha untuk mengejar sumpahnya tersebut. Profesi ini dianggap sebagai cara terbaik untuk mencapai kekayaan.

Miero mulai berdagang emas dan membuka lapak di dekat Glodok. Ia juga menjadi seorang rentenir. Seperti orang Yahudi lainnya, ia memiliki tekad kuat untuk meraih mimpinya. Ia tetap bekerja tanpa menghiraukan hambatan apa pun. Akhirnya, ia menjadi sangat kaya.

Menurut Adolf Heuken dalam “Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta” (2016), keberhasilan Miero dalam mengumpulkan banyak uang membuatnya mampu membeli apa pun yang diinginkannya, mulai dari toko, tanah, dan rumah-rumah, termasuk rumah yang ia sumpahi.

Ketika Miero meraih kesuksesannya, majikannya yang pernah memukulinya sudah meninggal dunia. Hanya ada istrinya yang masih hidup. Tanpa basa-basi, Miero segera membalas dendam. Ia membeli seluruh rumah yang dulu dimiliki oleh mantan majikannya pada tahun 1818 dan memulai hidup sebagai orang kaya di Batavia.

“Saat menguasai rumah tersebut, Miero sering mengadakan pesta besar pada hari ia menerima cambuk sebagai peringatan,” tulis Herald van de Linde.

Selain memiliki rumah tersebut, Miero juga memiliki rumah dan tanah yang sangat luas berlokasi 25 km di selatan Batavia, yang dulunya milik seorang pejabat Belanda. Di tanah tersebut, ia memiliki sebuah rumah besar yang sering disebut sebagai ‘Pondok Gede’.

Miero dikenal sebagai juragan tanah oleh orang-orang. Perjalanan hidupnya berakhir pada 10 Mei 1834. Hartanya kemudian diwariskan kepada anak-anaknya. Kini, tanah dan rumah yang dulu ditempati oleh Miero telah berubah menjadi kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.