Belajar dari T.D Pardede, Orang Terkaya Indonesia yang Memilih Hidup Sederhana

by -102 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Orang-orang kaya sering menarik perhatian publik karena mereka sering hidup mewah. Mereka tinggal di rumah-rumah bak istana, bepergian dengan pesawat jet, dan gemar menghambur-hamburkan uang.

Namun, tidak semua orang kaya bersikap seperti itu. Salah satunya adalah Tumpal Dorianus Pardede, orang terkaya di Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto. Meskipun memiliki banyak uang di dua zaman yang berbeda, dia memegang filosofi hidup sederhana sebagai jalan hidup.

T.D Pardede adalah salah satu dari sedikit pengusaha Indonesia yang sudah berbisnis sejak usia muda. Dia mulai berbisnis sejak usia 7 tahun pada tahun 1923. Salah satu bisnis pertamanya adalah jual-beli kelereng di pasar.

Seiring bertambahnya usia, dia kemudian beralih ke bisnis gula. Bisnis gula yang sukses membuat namanya terkenal karena berhasil memonopoli perdagangan gula di Tapanuli.

Selain berbisnis, T.D Pardede juga turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan. Dia pernah menjadi tentara yang mengurusi logistik dan pencarian dana. Namun, pada tahun 1949, dia keluar dari dinas militer untuk fokus pada bisnisnya.

Pada era kemerdekaan, bisnis utama Pardede adalah produksi kaus singlet dengan merek Surya. Pada saat itu, industri tekstil sedang berkembang pesat, sehingga peluang untuk mendulang keuntungan pun sangat besar. Singlet Surya sukses di pasaran, sehingga dia akhirnya mendirikan perusahaan lebih besar bernama Pardedetex pada tahun 1953.

Dari sinilah, Pardede mulai membangun kekayaannya. Bisnisnya pun semakin beragam, mulai dari produksi kaus singlet, baju, selimut, dan lainnya. Selain di industri tekstil, dia juga memiliki 26 perusahaan dengan aset miliaran rupiah.

Kesuksesannya membuat Pardede dianggap sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia pada tahun 1980-an. Meskipun begitu, kekayaan tidak membuatnya terlena. Dia tetap memegang filosofi hidup sederhana dan miskin, serta selalu ingat bahwa rezeki berasal dari Tuhan.

Pardede juga aktif dalam kegiatan filantropi, membangun rumah sakit, tempat ibadah, dan sekolah bagi warga Medan. Namun, pada tanggal 18 November 1991, perjalanan hidup T.D Pardede berakhir karena wafat di Singapura.

Sebelum meninggal, ‘raja uang’ ini membuat wasiat agar seluruh hartanya tidak dibagikan kepada anak-anaknya. Filosofi kehidupan sederhana dan kesucian hati T.D Pardede membuatnya dihormati oleh masyarakat, terutama di Sumatera Utara.