67% Penduduk Indonesia Tidak Menggunakan E-Commerce secara Aktif

by -115 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan mengenai perilaku konsumen dan brand lokal yang berjudul “Beyond the Digital Frontier: Bagaimana Saluran Offline Memacu Kemajuan Merek Lokal” menemukan bahwa saluran offline masih lebih disukai oleh konsumen daripada saluran online.

Bahkan, laporan tersebut mengungkapkan bahwa 67% masyarakat Indonesia bukanlah pengguna aktif e-commerce. Meskipun e-commerce telah memberikan dampak besar pada perekonomian dalam dekade terakhir, namun laporan ini menunjukkan bahwa e-commerce masih belum berhasil melampauinya. Hanya satu dari tiga masyarakat Indonesia yang aktif menggunakan e-commerce,” kata Ghufron Mustaqim, Co-Founder dan CEO, Evermos dalam keterangan tertulis, Senin (2/10/2023).

UMKM di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam perkembangan bisnisnya meskipun dibantu pertumbuhan e-commerce yang pesat. UMKM mencakup 99% bisnis di Indonesia dan menyumbang 61,9% terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2022, namun banyak bisnis yang kesulitan bersaing dengan pemain besar karena faktor-faktor seperti terbatasnya inovasi, terbatasnya akses pasar, dan kesulitan dalam meningkatkan skala usaha.

Walaupun UMKM telah menerapkan transformasi digital dan saluran distribusi online, mereka masih menghadapi kesulitan saat berekspansi ke kota-kota kecil di Indonesia yang merupakan rumah bagi sekitar 87% penduduk Indonesia.

Laporan ini menunjukkan bahwa merek-merek unggulan nasional memiliki pola yang konsisten: semakin besar merek tumbuh, semakin besar pula kontribusi saluran offline. Meskipun saluran online penting untuk pertumbuhan di era digital, merek-merek yang menjadi market leader adalah mereka yang memiliki kehadiran kuat di saluran offline.

Merek-merek terkemuka yang diakui secara nasional menyadari pentingnya memiliki strategi connected commerce, sehingga memudahkan konsumen untuk berpindah antara saluran online dan offline secara terintegrasi. Oleh karena itu, merek-merek yang sedang naik daun tidak boleh mengabaikan manfaat saluran offline terhadap kinerja bisnis, mengingat dinamika pasar di Indonesia.

Laporan ini juga berfungsi sebagai panduan bagi bisnis lokal untuk memahami metode yang telah terbukti dapat diterapkan sepanjang proses pertumbuhan mereka, dengan mengidentifikasi merek-merek lokal yang telah berhasil berkembang menjadi merek nasional dan menganalisis persamaan dan perbedaan antara merek-merek baru dan merek nasional. Studi ini menghasilkan lima kesimpulan utama:

1. E-commerce, meskipun berdampak besar dan menjadi fokus perhatian dalam dekade terakhir, masih merupakan bagian kecil dari perekonomian Indonesia. Dua dari tiga masyarakat Indonesia bukan pengguna aktif e-commerce.

2. Konsumen pada umumnya lebih menyukai saluran offline dibandingkan saluran online, meskipun saluran online menawarkan pilihan harga yang lebih baik. Kepercayaan yang rendah membuat non-pengguna tidak tertarik untuk berbelanja online. Sebanyak 85% non-pengguna e-commerce enggan berbelanja online karena khawatir dengan kualitas produk yang dijual online; 79% khawatir barang tidak sampai dalam kondisi baik; dan 79% khawatir akan adanya penipuan dalam transaksi online.

3. Merek nasional, terutama yang memiliki penjualan tahunan di atas Rp 500 miliar, telah membangun kehadiran yang kuat di saluran offline, dan secara konsisten mengungguli rekan-rekan online mereka. Meskipun semua merek nasional sepakat bahwa strategi multichannel sangat penting untuk brand awareness dan memandang saluran online dan offline sama pentingnya, merek-merek nasional tetap mempertahankan kehadiran offline yang kuat untuk memenuhi permintaan nasional, terutama di kota-kota tier rendah.

4. Saluran offline tidak hanya berfungsi sebagai saluran distribusi, tetapi juga terbukti meningkatkan brand awareness dan loyalitas konsumen. Kesepuluh merek nasional yang diwawancarai sepakat bahwa saluran offline lebih efektif dalam menciptakan brand awareness. Merek yang ingin mempertahankan saluran online mereka dapat memanfaatkan connected commerce untuk memberikan kemudahan konsumen dalam memilih dan berpindah antara saluran offline dan online tanpa mengurangi pengalaman belanja.

5. Inovasi sangat penting untuk mempertahankan unique selling point suatu merek dan menciptakan dampak jangka panjang di benak konsumen, baik itu melalui inovasi produk maupun strategi pemasaran. Meskipun 10 merek nasional yang diwawancarai sepakat bahwa inovasi adalah prioritas utama, hanya 16% merek baru yang disurvei mengindikasikan inovasi sebagai pendekatan pertumbuhan yang disukai.

“UMKM Indonesia telah lama menjadi tulang punggung perekonomian kita, berkontribusi signifikan terhadap PDB dan lapangan kerja, dan merupakan prioritas utama kita untuk mewujudkan potensi UMKM secara maksimal dan memastikan keberlanjutannya,” kata Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

“Pemerintah sangat menekankan inisiatif untuk mendukung UMKM dengan menyediakan sumber daya dan peluang pertumbuhan. Perjalanan dari usaha kecil hingga menjadi merek nasional yang berkembang memiliki banyak aspek, dan laporan ini adalah langkah yang baik untuk memicu diskusi dan pertukaran ide yang dibutuhkan agar UMKM dapat berkembang,” ungkap Teten.