Alasan Mengapa Orang Yahudi Memiliki Kecerdasan, Kekayaan, dan Kesuksesan

by -126 Views

Kesuksesan bangsa Yahudi dalam berbagai bidang menjadi topik menarik untuk diperhatikan. Selama abad ke-20, banyak orang Yahudi di Barat yang berhasil menjadi tokoh intelektual dan menduduki kelas ekonomi tertinggi. Bukan hanya itu, banyak dari mereka juga meraih Nobel, penghargaan tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan.

Dalam kurun waktu 1901-1962, 16% pemenang Nobel di bidang sains adalah orang Yahudi. Albert Einstein, seorang fisikawan Yahudi terkenal, meraih Nobel fisika pada tahun 1921. Menariknya, riset Paul Burstein dalam bukunya “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, orang Yahudi lebih sukses secara ekonomi dan dalam bidang pendidikan dibandingkan kelompok bangsa dan ras lainnya.

Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa rahasianya? Menurut Richard Lynn dan Satoshi Kanazawa dalam bukunya “How to Explain High Jewish Achievement” (2008), salah satu faktor yang mendorong kesuksesan bangsa Yahudi adalah adanya nilai-nilai budaya yang kuat. Bagi keluarga Yahudi, kesuksesan adalah tujuan yang harus dicapai setiap generasi. Oleh karena itu, orang tua Yahudi sangat menekankan prestasi kepada anak-anak mereka.

Nilai-nilai pendidikan dan kecerdasan juga dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Mereka percaya bahwa musik dapat merangsang kecerdasan emosional bayi, sehingga ibu hamil sering mendengarkan musik klasik. Selain itu, ibu hamil juga berbicara dengan janin untuk merangsang sisi emosionalnya. Selain itu, para ibu juga banyak membaca buku dan mempelajari matematika, karena mereka percaya hal ini dapat mengembangkan kecerdasan intelektual janin. Gizi yang baik juga menjadi perhatian utama, dengan mengonsumsi makanan bergizi seperti ikan, protein, dan sayur-mayur.

Setelah lahir, anak-anak Yahudi selalu didorong untuk gemar membaca, karena literasi dianggap sebagai jalan keluar dari kebodohan. Hal ini terbukti dalam masa Kekhalifahan Islam Abbasiyah, di mana ketika kuil dihancurkan, mereka terdorong untuk belajar membaca dan melepaskan diri dari buta huruf. Setelah memiliki literasi yang baik dan kecerdasan yang luar biasa, mereka meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian dan beralih ke sektor literasi dan pendidikan. Mereka percaya bahwa hal ini akan membawa keberhasilan finansial.

Ada juga pendapat dari sejarawan Jerry Z. Muller yang menyebutkan bahwa keberhasilan orang Yahudi juga dipengaruhi oleh diskriminasi yang mereka alami. Diskriminasi ini membuat mereka membangun hubungan yang kuat di antara sesama Yahudi, yang pada gilirannya membuka peluang baru dan menciptakan pekerjaan dan bisnis mereka sendiri. Selain itu, mereka juga belajar untuk melihat peluang baru yang tidak banyak diminati orang lain, sehingga mereka bisa meningkatkan derajat mereka.

Berdasarkan penelitian Paul Burstein dalam bukunya “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007), Yahudi selalu skeptis terhadap ide-ide konvensional lokal di tempat tinggal mereka, sehingga mereka menciptakan ide-ide baru yang merangsang kreativitas dan kecerdasan intelektual. Semua hal ini akhirnya membawa mereka pada kesuksesan finansial.

Kesuksesan bangsa Yahudi ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diteruskan dari generasi ke generasi dan nilai-nilai budaya yang kuat dapat menjadi faktor penting dalam meraih keberhasilan. Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengambil hikmah dan belajar dari keberhasilan bangsa Yahudi dalam berbagai bidang.