Soekarno Gagal Dipenggal Karena Mencari Menteri Untuk Menurunkan Harga Sembako

by -85 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok, salah satunya beras, belakangan ini membuat pening banyak orang. Berbagai intervensi yang dilakukan pemerintah belum berhasil membuat harga bahan pokok kembali terjangkau. Berbagai janji-janji menteri pun hanya menjadi angin lalu.
Kejadian seperti ini juga pernah terjadi di masa lalu, salah satunya pada awal 1966. Kala itu, semua harga-harga mengalami kenaikan. Inflasi pun sudah mencapai 650%. Pemerintah dinilai masyarakat gagal mengatasi permasalahan ini semua dan membuat geram.
“Ketegangan mencapai puncaknya dengan ditetapkannya kenaikan harga minyak dan bahan bakar pada tanggal 3 Januari 1966, yang akibatnya terasa oleh seluruh lapisan masyarakat,” tulis Nugroho Susanto dkk dalam Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6 (1984).
Beranjak dari sini masyarakat mulai berdemonstrasi di depan Istana Negara. Mereka menuntut Presiden Soekarno menurunkan harga bahan pokok. Bahkan, meminta juga Soekarno mundur sebagai penguasa.
Soekarno lantas menyikapi ini dengan berorasi singkat ihwal pencarian menteri penurunan harga dengan sedikit ancaman.
“Di Indonesia harga tidak mungkin turun. Di sini saya mengundang semua orang Indonesia, siapa saja yang sanggup menurunkan harga-harga dalam tempo tiga bulan, akan saya angkat jadi menteri. Tapi, kalau sudah lewat waktu tiga bulan itu dan ternyata tidak sanggup, maka saya akan penggal batang lehernya,” kata Bung Karno kala itu.
Ucapan Soekarno ihwal mencari menteri dan berjanji bakal memenggal kepala menteri tersebut kalau gagal terdengar ke penjuru tanah air. Apalagi, pidato tersebut disiarkan berulang kali oleh radio dan televisi.
Pada titik ini, terdapat seseorang yang mengajukan diri sebagai menteri. Dia adalah Hadely Hasibuan, seorang pengacara dan wartawan. Pengajuan itu disampaikan lewat surat yang dikirim ke Istana Negara.
Katanya, dia ingin menolong Soekarno dengan jadi menteri berdasarkan gagasan yang dia buat. Dia juga berani ditembak mati kalau kebijakannya gagal. Dalam otobiografi berjudul Pengalamanku Sebagai Calon Menteri Penurunan Harga (1985) yang ditulis Hadely, diketahui gagasan itu soal liberalisasi ekonomi Indonesia.
Jika Hadely jadi menteri, dia ingin membuka investasi asing dan menghentikan intrik politik tidak perlu yang membahayakan ekonomi, seperti membubarkan PKI, menghentikan pertempuran dengan Malaysia, dan lain sebagainya.
Tentu saja, gagasan Hadely ditolak mentah-mentah oleh Istana. Pasalnya, ini bertolak belakang dengan landasan kebijakan Soekarno. Alhasil, Hadely pun gagal menjadi menteri. Dan pada akhirnya Soekarno pun juga gagal menurunkan harga-harga bahan pokok yang membuat Indonesia makin carut-marut.
Saat Soeharto jadi presiden baru Indonesia, gagasan-gagasan Hadely, seperti investasi asing dan sebagainya, mulai diterapkan. Kita semua tahu bahwa lewat gagasan tersebut ekonomi Indonesia berjaya di masa Orde Baru.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/mfa)