Konglomerat China Zong Qinghou meninggal dunia pada usia 79 tahun, Minggu (25/2/2024). Kabar duka ini disampaikan langsung oleh perusahaannya, Wahana, pada Minggu pagi waktu setempat. Tak diketahui penyebab pasti kepergian orang terkaya China tersebut. Namun, beberapa hari sebelumnya media China mengabarkan Qinghou tengah menjalani perawatan di rumah sakit. Tak diketahui pula ihwal penyakit apa yang diderita Qinghou.
Selama hampir 8 dekade di dunia, perjalanan hidup Qinghou menjadi inspirasi bagi setiap orang. Jauh sebelum punya harta US$ 5,9 miliar atau Rp 92 triliun, Qinghou hidup sangat melarat. Pria kelahiran 16 November 1945 ini lahir dalam kondisi serba kekurangan. Orang tuanya adalah guru yang berpenghasilan sangat rendah. Ditambah lagi, keluarganya juga terkena represi pemerintah komunis China. Mengutip Economic Times, hal ini bisa terjadi karena nenek moyang Qinghou adalah seorang pahlawan dan kapitalis ternama. Atas dasar ini, keluarganya hidup sangat sulit bahkan Qinghou pun sampai putus sekolah karena tidak ada biaya.
Setelah putus sekolah, Qinghou di usia belasan tahun memutuskan untuk bekerja serabutan. Mulai dari petani garam, pemetik teh, hingga buruh. Meski sudah dijalani bertahun-tahun, pekerjaan itu tak mengubah hidupnya. Dia tetap miskin dan melarat.
Hingga akhirnya, titik terang perubahan hidup muncul di tahun 1979 saat dia berusia 34 tahun. Kala itu dia memberanikan diri untuk berwirausaha meski tak lagi berusia muda. Bisnisnya adalah jualan susu anak-anak menggunakan sepeda. Selain itu, dia juga menjadi pedagang kantin di sekolah tempat ibunya mengajar, di Huangzhou. Di kantin, Qinghou tak hanya jualan makanan, tetapi juga alat-alat tulis.
Mengutip Dimsum Daily, bisnis tersebut berkembang sangat pesat sekalipun berada di kantin sekolah. Sampai akhirnya, etos kerja dan kemampuan berwirausaha Qinghou dilirik oleh pemerintah Huangzhou. Dia ditarik menjadi manajer perusahaan minuman. Singkat cerita, di bawah kendali Qinghou, perusahaan itu untung besar. Penjualannya meningkat drastis. Dia pun semakin percaya diri mendirikan perusahaan sendiri. Alhasil, bermodalkan pinjaman 140.000 yuan, dia mendirikan perusahaan susu Wahana pada 1987.
Pada saat bersamaan, pemerintah China sedang mengupayakan program susu gratis kepada anak-anak sekolah. Qinghou sebagai pebisnis susu jelas untung besar dalam proyek tersebut. Alhasil, Wahana pun langsung moncer. Qinghou mendapat untung 4,88 juta Yuan atau setara Rp 10 miliar di masa kini.
Sejak itulah, hidup Qinghou dari semula melarat mulai berubah. Bisnis Wahana pun makin besar usai menjalin kerjasama dengan perusahaan Prancis, Danone, pada 1996. Kerjasama ini membuat Wahana mendapat investasi besar, sekaligus memperoleh hak untuk memproduksi, mendistribusikan, dan menjual produk Danone dengan merek Wahana.
Setelah itu, bisnis Wahana makin berkembang tak hanya susu, tetapi juga produk minuman lain, seperti minuman soda, teh kemasan, dan air mineral. Akibat minim kompetitor, produk-produk Wahana menjelma ‘raja’ di pasaran. Kesuksesan Wahana jelas membuat Qinghou menjadi kaya.
Forbes pada 2010 menempatkannya sebagai orang terkaya di China. Sampai ajal menjemput pun dan sempat berkonflik dengan Danone, dia tetap masuk dalam orang terkaya China.