Terdapat berbagai jenis penyakit tropis yang mengancam penduduk di daerah tropis, termasuk malaria yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles. Dampaknya terasa dalam jumlah korban jiwa yang tak terhitung akibat penyakit ini. Pengobatan malaria sendiri terhambat pada era 1950-an oleh resistensi parasit Plasmodium terhadap obat klorokuin yang dulunya efektif.
Namun, kekhawatiran ini mulai teratasi ketika seorang ahli jamu, Tu Youyou, menemukan “harta karun” dalam resep kuno setelah membaca kitab China ribuan tahun lalu. Dalam petualangannya, Tu mengumpulkan dan mempelajari 2.000 kitab obat berbahan dasar tumbuhan dan hewan, hingga akhirnya menemukan resep obat qinghao yang efektif melawan malaria.
Dari sini, Tu melakukan uji coba obat berdasarkan petunjuk yang diperoleh dari kitab kuno China dan berhasil menemukan zat anti-malaria qinghao yang efektif. Penemuan ini revolusioner dan berhasil membasmi ancaman malaria, yang pada akhirnya membuat Tu menerima Nobel Kedokteran pada 2015. Keberhasilannya dalam memanfaatkan pengetahuan dari kitab kuno China menjadi kisah inspiratif yang menunjukkan bahwa tradisi dan pengetahuan kuno tetap relevan dalam penyembuhan penyakit modern.