Setiap tahun, Candi Borobudur menjadi pusat perayaan Hari Raya Waisak, di mana umat Budha merayakan tiga peristiwa suci dalam kehidupan Sang Budha Gautama, seperti kelahiran, pencerahan, dan kematian. Candi megah ini ditemukan kembali pada awal abad ke-19 setelah terbengkalai selama berabad-abad. Semula dibangun oleh Dinasti Syailendra pada tahun 750-850 Masehi, Candi Borobudur kemudian ditutupi tanah dan rerumputan liar serta terdampak bencana alam. Penemuan kembali candi ini tidak dilakukan oleh warga lokal, melainkan oleh orang Inggris berdasarkan informasi dari keturunan Tionghoa.
Informasi awal dari Tan Jin Sing, seorang keturunan Tionghoa yang jadi Bupati Yogyakarta, kepada Letnan Gubernur Jawa, Thomas Stamford Raffles, membantu mengungkap keberadaan Candi Borobudur. Tan Jin Sing melaporkan kepada Raffles bahwa mandornya di Desa Bumisegoro telah melihat candi besar yang tertutup semak belukar dan tertimbun tanah. Raffles dan timnya, termasuk arkeolog Belanda Christian Cornelius, segera melakukan pemugaran besar-besaran dan melibatkan warga lokal. Setelah dua minggu bekerja, kemegahan Candi Borobudur berhasil terungkap kembali.
Raffles, Tan Jin Sing, dan Cornelius adalah sosok penting dalam mengembalikan perhatian pada Candi Borobudur. Berkat upaya mereka, Candi Borobudur kini menjadi monumen kuno bersejarah yang terkenal. Sejak itu, banyak orang dari Eropa dan dunia termasuk pemerintah kolonial Belanda turut serta dalam mengungkap misteri candi ini. Setelah melalui proses penggalian dan pemugaran yang panjang, kemegahan dan keindahan Candi Borobudur dapat dinikmati oleh dunia.