Apakah Boikot Mempengaruhi Kegagalan dan Kebangkrutan Gerai Starbucks di Israel?

by -123 Views

Sejak didirikan pada tahun 1971 di Seattle, AS, gerai Starbucks menyebar dengan cepat di seluruh dunia. Namun, tidak semua negara memiliki gerai Starbucks, termasuk Israel. Meskipun Starbucks mendukung pendudukan Israel atas Palestina, gerai tersebut tidak laku di negara tersebut. Mengapa hal ini terjadi? Apakah ada pengaruh dari gerakan boikot?

Pada tahun 1998, pendiri Starbucks Howard Schultz mengunjungi Israel dan merasa kecewa dengan kualitas kopi di sana. Hal ini memicu ambisi Schultz untuk membangun gerai Starbucks di Israel. Dalam waktu singkat, gerai Starbucks pertama didirikan di Tel Aviv dengan kerjasama dengan perusahaan bensin Delek Israel Fuel Corporation (DIFC). Schultz berharap gerai kopi Starbucks akan sukses di Israel.

Namun, beberapa bulan setelah diluncurkan, penjualan gerai Starbucks di Israel sangat buruk dan toko-toko tersebut tidak menghasilkan keuntungan. Menurut analisis, ada beberapa alasan mengapa Starbucks gagal di Israel. Pertama, pilihan mitra bisnis yang tidak tepat, yaitu Delek Israel Fuel Corporation yang tidak berpengalaman di industri makanan dan minuman. Kedua, kesombongan Schultz yang percaya bahwa Starbucks akan menjadi sukses di Israel dalam waktu singkat tanpa memperhatikan kondisi yang ada. Ketiga, faktor eksternal seperti situasi politik dan sosial yang tidak stabil di Israel saat itu.

Selain itu, budaya minum kopi di Israel juga berbeda. Warga Israel tidak menyukai menu dan metode pembuatan kopi ala Starbucks. Selain itu, keberadaan gerai kopi lokal yang sudah terkenal seperti Arcaffe juga membuat Starbucks kalah. Akhirnya, gerai Starbucks di Israel bangkrut setelah dua tahun beroperasi.

Kebangkrutan Starbucks di Israel menjadi noda hitam bagi sejarah gerai kopi tersebut. Artikel selanjutnya: Miliarder AS Ini Tolak Pekerjakan Mahasiswa Pro Palestina. (mfa/sef)