Kalah dalam Pemilu, Merugi, Menyerah, Kemudian Bangkit

by -107 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Keikutsertaan dalam pemilihan umum (pemilu) membutuhkan modal besar, baik itu dalam lingkup regional maupun nasional. Para kandidat rela mengeluarkan uang banyak agar bisa memenangkan kontestasi. Namun, uang yang banyak juga tidak menjamin kemenangan. Banyak orang yang sudah mengeluarkan uang banyak tetapi gagal dalam pemilu.

Akibatnya, harta lenyap dan jabatan tidak didapat. Kisah seperti ini tidak hanya terjadi pada era sekarang, tetapi juga sudah ada sejak dulu.

Salah satunya adalah kisah seorang pengusaha asal Brebes, Tjarab, yang menjadi sorotan surat kabar Merdeka pada tanggal 28 Oktober 1978. Bagaimana kisahnya?

Pada awalnya, Tjarab adalah seorang petani sukses di Brebes. Pada sekitar tahun 1960-an, dia sudah memiliki 10 bis, kapal penangkap ikan, dua mobil, 200 hektar sawah, dan 30 hektar tambak garam. Selain itu, dia juga sedang membangun SPBU senilai lebih dari Rp 250 juta. Berkat semua ini, dia dijuluki sebagai “tuan tanah”, atau setara dengan crazy rich di masa sekarang.

Pada saat yang sama, kehebohan pemilihan kepala desa baru membuat Tjarab tergoda. Dia ingin mencalonkan diri sebagai kepala desa untuk meraih kekuasaan dan jabatan.

Dengan modal uang yang melimpah, dia yakin bisa memenangkan kontestasi tersebut. Dia kemudian mencalonkan diri pada tahun 1966.

“Pada tahun 1966, dia mencalonkan diri dan untuk menarik para pendukungnya, dia mengeluarkan dana hingga lebih dari Rp 2 juta,” tulis surat kabar Merdeka.

Tentu saja, nominal uang Rp 2 juta pada tahun 1966, saat inflasi Indonesia mencapai 600%, sangat fantastis. Namun, meskipun sudah mengeluarkan uang banyak, hasil pemilu menyatakan bahwa Tjarab gagal. Harta sudah habis banyak, jabatan pun tidak didapat.

Selain itu, dia juga banyak dicemooh oleh tetangga karena kekalahan memalukan tersebut. Di tengah situasi seperti itu, dia memutuskan untuk hidup sendirian di sawah sambil kembali bertani.

Namun, pikiran Tjarab menjadi kacau. Dia tergoda untuk mencari kekayaan dengan cara yang tidak terpuji, yaitu berjudi. Akibatnya, peribahasa “Sudah jatuh tertimpa tangga” langsung terjadi pada dirinya.

“Saya terlibat dalam perjudian hingga segala hal yang saya miliki habis, termasuk rumah dan sawah,” kata Tjarab.

Meskipun terpuruk akibat ikut pemilu dan berjudi, dia tidak menyerah. Sisa-sisa hartanya, seperti sawah dan tambak, dimanfaatkan dengan baik sehingga menjadi sumber pendapatan. Dia bertaubat, tidak mau lagi berjudi, dan memilih fokus untuk bertani. Dari situlah, dia mulai mendapatkan hasil besar dalam panen. Dari satu kali panen, dia bisa mendapat untung hingga Rp 250 juta.

Keberhasilan itu perlahan-lahan membuat kekayaannya mulai meningkat. Pada tahun 1970-an, surat kabar Merdeka menyebutkan bahwa kekayaan Tjarab mencapai Rp 1 miliar, sebuah nominal yang sangat fantastis pada zamannya.

Dia juga sudah mendirikan perusahaannya sendiri, yaitu PT Sumber Bawang pada tahun 1977, yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan transportasi. Meskipun sudah menjadi crazy rich di Brebes, Tjarab tidak ingin memberikan warisan harta kepada anak-anaknya.

“Anak-anak saya harus bekerja jika mereka ingin hidup bahagia dan berkecukupan,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Belajar dari Mike Tyson: Harta Rp10 T, Pensiun Bangkrut

(mfa/mfa)