Karyawan Sering Dicap Malas & Lambat dalam Bekerja karena Adanya Penjajah

by -81 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan antara bos dan karyawan di dalam bisnis sering kali menimbulkan ketidaknyamanan. Bos, sebagai pemilik modal, sering kali menganggap karyawan malas hanya karena pekerjaan yang dilakukan tidak memenuhi harapan.

Sebagai contoh, karyawan sering kali dituduh malas hanya karena tidak mencapai target kerja dan pada saat yang sama menuntut kenaikan gaji untuk kesejahteraan yang lebih baik. Akhirnya, tuduhan malas dan tuntutan yang tinggi dari karyawan sering kali berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Anggapan ini tentu saja tidak benar dan sebenarnya hanya mewarisi warisan kolonialisme belaka. Sejarah mencatat bahwa tuduhan malas terhadap pekerja berasal dari sistem penjajahan. Para pekerja dianggap malas hanya karena mereka menolak menjadi alat produksi kapitalis untuk menghindari kerja sebagai budak.

Mitos ini berhasil diungkap oleh sosiolog Malaysia, Syed Hussein Alatas, dalam karyanya “Mitos Pribumi Malas: Citra Orang Jawa, Melayu, dan Filipina dalam Kapitalisme Kolonial” (1988). Dia mencoba menjawab masalah tersebut dari perspektif sejarah, bahwa tuduhan malas berasal dari sistem penjajahan.

Menurut Alatas, masyarakat Jawa, Melayu, dan Filipina sebenarnya bukanlah malas. Mereka hanya menolak terlibat dalam ekonomi kapitalisme yang dikuasai oleh penjajah. Tuduhan malas hanyalah alasan yang digunakan untuk menjustifikasi tindakan penindasan dan eksploitasi terhadap mereka.

Sayangnya, meskipun era penjajahan telah berakhir, pandangan bahwa orang pribumi malas masih terus diwariskan hingga saat ini. Pandangan tersebut masih terlihat dalam hubungan antara pemilik modal dan pekerja di era modern.