Harta Orang Terkaya Asia Menghilang, Utang Melilit Rp507 T

by -112 Views

Sebagai pemilik properti hiburan Dalian Wanda Group, Wang Jianlin awalnya memiliki mimpi besar. Dia ingin membangun kerajaan hiburan dan pariwisata tingkat global di China.

Dia ingin meniru apa yang dilakukan Walt Disney dalam membangun taman bermain Disneyland. Intinya, dia ingin menjadi Walt Disney asal China.

Namun, alih-alih menjadi Disney-nya China, Wang Jianlin, yang pernah dinobatkan oleh Forbes sebagai orang terkaya di Asia dengan kekayaan US$ 33 miliar atau Rp 507 Triliun pada 2016 lalu, sekarang menjadi “calon” orang miskin. Hal ini disebabkan oleh utang senilai US$ 56 miliar atau Rp 784 triliun yang dimiliki oleh dirinya dan perusahaannya akibat kesalahan dalam menghitung prospek bisnis.

Akibat utang tersebut, kekayaannya merosot hingga 80% menjadi hanya US$ 7,8 miliar atau Rp 120 Triliun. Bersamaan dengan itu, kerajaan bisnis yang dibangunnya sejak 1988 juga mengalami penurunan yang cepat.

Menurut laporan Forbes, untuk keluar dari jeratan utang, Wang terpaksa menjual hotel, taman hiburan, dan proyek pariwisata lainnya senilai lebih dari US$ 9 miliar kepada para pengembang properti lain di China. Dia juga menjual kepemilikan saham di perusahaan media AS Legendary Entertainment seharga US$ 760 juta pada 2022 lalu melalui lini bisnis Wanda Cultural Industry Group.

Selain itu, Wang juga menjual saham di klub bola Spanyol Atletico Madrid dan jaringan bioskop terbesar di AS, yaitu AMC Entertainment. Pada awal 2023, Wang dilaporkan juga menjual 3 pusat perbelanjaan kepada perusahaan lokal senilai US$ 80 juta.

Sayangnya, semua upaya tersebut tidak berhasil menutupi utang yang begitu besar. Wang tetap terjerat utang.

Menurut laporan Forbes, Wang telah mendaftarkan salah satu anak perusahaannya, Dalian Wanda Commercial Management (DWCM), untuk melantai di bursa saham (IPO) dalam waktu dekat dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan dan menutupi utangnya. Melalui IPO DWCM, Wang diharapkan dapat melunasi utangnya sejumlah US$ 13 miliar yang jatuh tempo pada akhir tahun nanti.

Namun publik sulit mempercayai Wang kembali. Mereka enggan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan buruk.

Sebelum IPO itu terwujud, Forbes memprediksi bahwa IPO tersebut akan gagal. Hal ini disebabkan oleh regulasi di China yang mengharuskan setiap perusahaan yang ingin melantai di bursa saham untuk membayar biaya senilai US$ 4,2 miliar.

Pada titik ini, Wang sudah berada dalam keadaan sulit. Dia yang terjerat utang sekarang juga sulit mengumpulkan uang untuk kehidupan sehari-hari.

Namun, Chanson & Co, firma keuangan, menyebut bahwa satu cara untuk membuat Wang bertahan hidup adalah dengan menjual aset di luar negeri. Wang bisa menjual atau menggadaikan jaringan pusat perbelanjaan Wanda di luar negeri untuk mengumpulkan dana.

Aset di luar negeri dianggap lebih mahal, sehingga ketika terjual, uangnya bisa digunakan untuk membayar utang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari Wang. Meskipun demikian, jumlah uang yang didapatkan dari penjualan tersebut masih belum cukup untuk menutupi utang. [cnbcindonesia.com, 15/10/2019]